Postingan

Sekolah.... Tak berpaut sisdiknas Tak ada  kungkung regulasi Tak peduli menteri, pun presiden Tak ada SPP apalagi pungli Tak ada gaji,  popoji  pun bolong Tak ada gedung, layaknya sekolah Yang ada hanya pikir, kata, nurani dan daya hanya  mapalus , hadang  imperialis  budaya hanya setitik semangat di gelombang edukasi Yang ada hanya tiada berteman makna Hanya alternatif dalam muak pada yang ada hanya Sekolah, yang bukan sekolah biasa geliat anak muda terusik gelisah akan rumah negerinya SELAMAT BERSEKOLAH MAWALE
Angora duduk disalah satu meja disebuah warung kopi, matanya liar memandang asap yang mengepul dari balik cangkir kopi didepannya. Sekali-sekali ia menghisap rokok yang terjepit dijari tangan kirinya. Suasana di warong kopi itu lagi sepi, hanya ada dua laki-laki yang sedang bermain catur sambil bercakap-cakap dengan topic yang tak jelas di telinga, dimeja kasir seorang perempuan sedang duduk sambil mengutak-atik handphonenya. Dalam sekali jentikkan, angora mematikan rokoknya, lalu memasang rokok yang baru lagi. Angora tampak menikmati rokok dan kopinya. Seorang perempuan muda masuk dari pintu depan, matanya liar, sepertinya ia sedang mencari seseorang didalam warong kopi itu. Arah pandangannya terhenti pada seorang laki-laki yang duduk di salah satu sudut diwarong kopi itu. Ia tersenyum, sepertinya ia telah menemukan orang yang dicarinya. Perempuan itu melangkah kearah laki-laki itu. “angora? “ perempuan itu bertanya, dengan tangannya memegang pundak lelaki itu. Agak tersentak, lel

ANAK PENJAGA KANA: Dalam Surat Untuk Presiden

“Hal paling indah adalah kehidupan!” Apakah kau ingin aku memulainya dari kata-kata itu? Ataukah, dari hal-hal yang lebih jujur, lebih natural. Ini abad 21, tentu kau punya cita-cita dan mimpi. Sesungguhnya aku mau bertanya ‘mau dibawa ke mana negeri ini’. Tapi aku memilih menjadi manusia ironi. Aku tak mungkin lagi mengemas kebenaran dalam otakku sendiri ketika pergi keluar rumah atau saat menulis surat seperti ini. Sesungguhnya aku khawatir ketika kebenaran harus dilahirkan dari sebuah kesepakatan. Sebab dengan begitu tak ada lagi kebenaran aksiomatis. Tapi sudahlah. Tentang hobi, kita berdua sama-sama suka menyanyi, tapi, aku tak punya album seperti Tuan. Persoalannya bukan karena suaraku lebih jelek dari Tuan, hanya saja aku tak punya uang lebih, seperti tuan lakukan untuk mengongkosi produksi. Di situ letak perbedaannya. Selalu ada perbedaan antara yang di bawah dan yang di atas, yang memberi kuasa dan yang menjalankan kuasa. Perbedaannya tentu tak sekadar soal ekonomi, strata sos

Tahukah Engkau Tentang Sastra?

tahukah kau, betapa berdarahnya menjadi penulis sastra? tahukah kau betapa kami selalu terbuka menerima persahabatan, salah satu dunia yang diharapkan suci, setidaknya lebih suci dari beberapa dunia yang lain. tahukah kau betapa terpukulnya persahabatan bila kawan barunya ternyata curang dan memukul kawan - seiring menggunting dalam lipatan? tahukah kau tentang gagak-gagak yang pernah diungkapkan penyair rendra pernah merobek perut kami demi yang bernama kesusasteraan? tahukah kau tidur kami terganggu setelah kejadian yang membuat kami terperangah ketika dunia kami diruyak dan dirobek? tahukah kau hal ini menyadarkan kami bahwa perbedaaan dan perdebatan ideologi telah bergeser oleh yang namanya sesuatu yang lebih degil lagi, lebih remeh lagi. tahukah kau, gagak-gagak itu semakin banyak di atas langit, ingin mematuk, membelah dan menyerpih perut kami...

Konfesi Accra

Gambar
Konfesi Accra, Pendahuluan Konfesi Accra, Sejarah Kisah Konfesi Accra Konfesi Accra adalah hasil dari proses yang berlangsung selama 15 tahun… 1989 — Pada Sidang Umum World Alliance of Reformed Council (WARC) di Seoul, Korea, tahun 1989, “Surat Terbuka kepada Anak-anak dan Orang Muda di Bumi” mengajak gereja-gereja anggota WARC untuk memasuki perjanjian untuk keadilan karena adanya “ancaman-ancaman terhadap kehidupan di zaman sekarang, demi seluruh ciptaan, masa depan kemanusiaan dan khususnya bagi anak-anak dan orang muda di bumi ini.” 1995 — Panggilan tersebut menjadi semakin kuat pada tahun 1995 ketika gereja-gereja di Afrika dalam sebuah konsultasi di Kitwe, Zambia, menyarankan kepada WARC agar keadaan ekonomi global saat ini dinyatakan berlawanan dengan iman Kristiani dengan cara yang serupa dengan posisi gereja-gereja dalam sejarah terhadap gerakan Nazi dan apartheid. 1997 — Sidang Umum WARC di Debrecen, Hungaria, pada tahun 1997 mengajak gereja-gereja

Forget dulu tu Gereja

“Forget dulu tu gereja”, ujar Pdt. Prof. Dr. W.A. Roeroe dalam diskusi kemarin, Kamis, 22 Desember 2011. Diskusi ini bertajuk “Akhir Gereja, Awal Gerakan Bergereja”. Prof. Roeroe tentu tidak sedang bermaksud mengatakan untuk meninggalkan gereja atau berhenti menjadi orang Kristen. Maksudnya,diskusi-diskusi mengenai gereja atau kekristenan itu harus di bawah pada ranah yang lebih luas. “Saya kira kita sedang berbicara persoalan siapa manusia Minahasa itu,” ujar Prof. Roeroe lagi. Perbincangan mengenai gereja, rupanya menurut Prof. Roeroe harus diletakan pada persoalan eksistensi manusia. Bukan pada institusi gereja itu. Dan, itu pas sekali dengan topik. Akhir gereja, atau akhir dari gereja yang hanya berorientasi pada usaha untuk memperkuat institusi, struktur dan kekuasaan sekelompok orang yang berkuasa di dalam gereja. Mari kita mulai gerakan bergereja, gereja untuk semua, untuk pembebasan.

BENNY J. MAMOTO DAN PERKEMBANGAN SENI BUDAYA SULAWESI UTARA

Karya : Fredy Sreudeman Wowor* Salah satu fenomena budaya yang mulai muncul pada kisaran tahun 2006 lalu adalah diadakannya beberapa simposium budaya yang menekankan pada penggalian seni-seni tradisi di Sulawesi Utara Seperti Maengket, Kabasaran,Kolintang,Tari Jajar, Mahamba, Tari kabela dan Musik bia. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan pengadaan festival-festival seni budaya yang diadakan di hampir seluruh wilayah Sulawesi Utara yang   melibatkan peserta yang sangat banyak dan dicatat dalam museum rekor. Selain itu juga diadakan penerbitan buku sejarah dan bahasa. Adapun organisasi yang menjadi fasilitator dari penyelenggaraan iven-iven budaya ini adalah Institut Seni Budaya Sulawesi Utara. Institut Seni Budaya   ini dipimpin oleh seorang putra kawanua bernama Benny J. Mamoto. Menjawab beberapa pertanyaan tentang keterlibatannya dalam kegiatan-kegiatan budaya ini, dia mengatakan dalam pidato refleksi akhir tahun 2007 di gedung Pingkan Matindas,   ” Pertama ,Selama