Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

ANAK PENJAGA KANA: Dalam Surat Untuk Presiden

“Hal paling indah adalah kehidupan!” Apakah kau ingin aku memulainya dari kata-kata itu? Ataukah, dari hal-hal yang lebih jujur, lebih natural. Ini abad 21, tentu kau punya cita-cita dan mimpi. Sesungguhnya aku mau bertanya ‘mau dibawa ke mana negeri ini’. Tapi aku memilih menjadi manusia ironi. Aku tak mungkin lagi mengemas kebenaran dalam otakku sendiri ketika pergi keluar rumah atau saat menulis surat seperti ini. Sesungguhnya aku khawatir ketika kebenaran harus dilahirkan dari sebuah kesepakatan. Sebab dengan begitu tak ada lagi kebenaran aksiomatis. Tapi sudahlah. Tentang hobi, kita berdua sama-sama suka menyanyi, tapi, aku tak punya album seperti Tuan. Persoalannya bukan karena suaraku lebih jelek dari Tuan, hanya saja aku tak punya uang lebih, seperti tuan lakukan untuk mengongkosi produksi. Di situ letak perbedaannya. Selalu ada perbedaan antara yang di bawah dan yang di atas, yang memberi kuasa dan yang menjalankan kuasa. Perbedaannya tentu tak sekadar soal ekonomi, strata sos...

Tahukah Engkau Tentang Sastra?

tahukah kau, betapa berdarahnya menjadi penulis sastra? tahukah kau betapa kami selalu terbuka menerima persahabatan, salah satu dunia yang diharapkan suci, setidaknya lebih suci dari beberapa dunia yang lain. tahukah kau betapa terpukulnya persahabatan bila kawan barunya ternyata curang dan memukul kawan - seiring menggunting dalam lipatan? tahukah kau tentang gagak-gagak yang pernah diungkapkan penyair rendra pernah merobek perut kami demi yang bernama kesusasteraan? tahukah kau tidur kami terganggu setelah kejadian yang membuat kami terperangah ketika dunia kami diruyak dan dirobek? tahukah kau hal ini menyadarkan kami bahwa perbedaaan dan perdebatan ideologi telah bergeser oleh yang namanya sesuatu yang lebih degil lagi, lebih remeh lagi. tahukah kau, gagak-gagak itu semakin banyak di atas langit, ingin mematuk, membelah dan menyerpih perut kami...