Konfesi Accra
Konfesi Accra, Pendahuluan
Konfesi Accra, Sejarah
Kisah Konfesi Accra
Konfesi Accra adalah hasil dari
proses yang berlangsung selama 15 tahun…
1989 — Pada Sidang Umum World
Alliance of Reformed Council (WARC) di Seoul, Korea, tahun 1989, “Surat Terbuka
kepada Anak-anak dan Orang Muda di Bumi” mengajak gereja-gereja anggota WARC
untuk memasuki perjanjian untuk keadilan karena adanya “ancaman-ancaman
terhadap kehidupan di zaman sekarang, demi seluruh ciptaan, masa depan
kemanusiaan dan khususnya bagi anak-anak dan orang muda di bumi ini.”
1995 — Panggilan tersebut menjadi
semakin kuat pada tahun 1995 ketika gereja-gereja di Afrika dalam sebuah
konsultasi di Kitwe, Zambia, menyarankan kepada WARC agar keadaan ekonomi
global saat ini dinyatakan berlawanan dengan iman Kristiani dengan cara yang
serupa dengan posisi gereja-gereja dalam sejarah terhadap gerakan Nazi dan
apartheid.
1997 — Sidang Umum WARC di
Debrecen, Hungaria, pada tahun 1997 mengajak gereja-gereja anggota WARC untuk
terlibat dalam “sebuah proses penuh komitmen untuk mengenal, memelajari dan
mengakui ketidakadilan ekonomi dan kehancuran ekologis.” Proses tersebut
kemudian dikenal sebagai proses Berjanji untuk Keadilan Ekonomi dan Bumi
(Covenanting for Justice in the Economy and the Earth) dan diimplementasikan di
berbagai wilayah dunia, bekerjasama dengan Dewan Gereja Dunia (World Council of
Churches) dan Lutheran World Federation.
2004 — Sidang Umum tahun 2004 di Accra , Ghana ,
merupakan puncak proses Berjanji untuk Keadilan Ekonomi dan Bumi. Gereja-gereja
dari wilayah global Selatan khususnya menantang keluarga gereja Reformasi di
Accra, menanyakan berapa lama mereka harus menunggu sampai ada sebuah pengakuan
iman yang satu melawan kerusakan yang diakibatkan oleh keadaan ekonomi global.
Meskipun beberapa gereja dari wilayah global Utara tidak bersedia mengambil
posisi konfesi doktrinal, pada akhirnya terjadi konsensus mengenai
masalah-masalah yang disebabkan oleh keadaan ekonomi global dan ketidakadilan
yang dihasilkannya. Maka, sidang mencapai keputusan untuk merespon secara
konfesional, yaitu untuk mengambil posisi iman mengenai ketidakadilan ekonomi
global dan kerusakan ekologi.
Meskipun bukan merupakan sebuah
konfesi doktrinal layaknya Katekismus Heidelberg atau Konfesi Westminster,
Konfesi Accra menantang doktrin-doktrin ekonomi masa kini dengan kritik
tradisional gerakan Reformasi terhadap berhala (dalam hal ini mamon,
konsumerisme, pasar keuangan dan spekulasi) yang menyangkal kemahakuasaan Allah
yang memberi kehidupan dan melanggar perjanjian Allah dengan tidak
mengikutsertakan mereka yang miskin, yang lemah dan keseluruhan alam ciptaan
dari kepenuhan hidup.
Apa itu Konfesi Accra?
Konfesi Accra adalah sebuah
pengakuan iman gereja-gereja Reformasi, yang disahkan oleh delegasi Sidang Umum
ke-24 World Alliance of Reformed Churches di Accra, Ghana (2004). Konfesi Accra
didasarkan pada keyakinan teologis bahwa ketidakadilan ekonomi dan ekologis
dalam ekonomi global masa kini membuat gereja-gereja dalam keluarga Reformasi
perlu menanggapinya sebagai bagian dari iman mereka terhadap Injil Yesus
Kristus.
Konfesi Accra terdiri dari empat
bagian tematis: 1) Pendahuluan, 2) Membaca Tanda-tanda Zaman, 3) Pengakuan Iman
di Tengah Ketidakadilan Ekonomi dan Kerusakan Ekologi, dan 4) Perjanjian untuk
Keadilan.
Konfesi Accra perlu dibaca
bersamaan dengan Surat dari Accra . WCRC juga memiliki Laporan mengenai
Masalah-masalah Umum yang memberikan rekomendasi bagi gereja-gereja dalam
menyikapi masalah-masalah ekonomi dan lingkungan hidup.
Mengapa Gereja membutuhkan
Konfesi Accra?
Keadilan adalah sebuah masalah
iman: Konfesi Accra menyatakan bahwa masalah-masalah keadilan ekonomi dan
ekologis bukanlah sekedar masalah sosial, politis maupun moral, melainkan
merupakan bagian integral dalam iman kepada Yesus Kristus dan memiliki pengaruh
terhadap integritas gereja. Kesetiaan terhadap Perjanjian Allah membuat setiap
orang Kristen baik sebagai individu maupun dalam persekutuan dengan gereja-gereja
wajib untuk mengambil sikap menghadapi ketidakadilan ekonomi dan lingkungan
yang terjadi saat ini.
Gereja mengambil sikap penuh
solidaritas dengan mereka yang menderita atau dalam pergumulan: Sejalan dengan
tradisi keadilan para nabi dalam Alkitab dan juga Yesus Kristus dalam narasi
Injil, Konfesi Accra melihat ke(tidak)teraturan dunia masa kini dengan
"melihat melalui mata mereka yang menderita dan tidak memiliki
kuasa." Konfesi Accra mengajak gereja-gereja maupun masyarakat untuk
mendengar jeritan mereka yang dalam penderitaan dan juga luka dari alam ciptaan
yang telah dieksploitasi dan tidak dihargai oleh ekonomi global masa kini.
Kesatuan Gereja sangat penting:
Kesatuan terkait dengan bekerjasama, bagaimanapun memecahbelahnya isu-isu yang
dihadapi oleh gereja. Meskipun realita globalisasi yang sangat kompleks tidak
menghasilkan konsensus penuh, keluarga besar gereja-gereja Reformasi membahas
problematika ekonomi global masa kini di dalam Konfesi Accra.
Terjemahan dari pamflet Accra
Confession yang dapat diunduh di sini.
Bagian ke-1.
Pendahuluan
1. Sebagai jawaban atas seruan
mendesak dari persekutuan wilayah Selatan Afrika yang bertemu di Kitwe pada
tahun 1995 dan dengan kesadaran akan semakin mendesaknya masalah ketidakadilan
ekonomi dan perusakan alam secara global, Sidang Umum ke 23 (Debrecen,
Hungaria, 1997) mengundang gereja-gereja anggota World Alliance of Reformed
Churhes untuk memasuki proses "pengenalan, pendidikan dan pengakuan
(processus confessionis)." Gereja-gereja merefleksikan teks Yesaya 58:6,
"... supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan
tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya...", selagi
mereka mendengar jeritan saudara laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia
dan menyaksikan bagaimana alam ciptaan yang merupakan karunia Allah berada
dalam keadaan yang terancam.
2. Sejak saat itu, sembilan
gereja anggota mengambil komitmen untuk sebuah sikap iman; beberapa tengah
dalam proses membuat sebuah perjanjian; dan yang lain telah memelajari isu-isu
yang ada dan mengenali kedalaman krisis ini. Lebih lanjut, dalam kerjasama
dengan World Council of Churches, Lutheran World Federation dan juga
organisasi-organisasi ekumenis di tingkat regional, World Alliance of Reformed
Churches terlibat dalam konsultasi di berbagai wilayah dunia, mulai dari
Seoul/Bangkok (1999) hingga Stony Point (2004). Konsultasi-konsultasi lebih
lanjut dilakukan juga dengan gereja-gereja dari Selatan di Buenos Aires (2003) dan gereja-gereja dari
Selatan dan Utara di London Colney (2004).
3. Berkumpul di Accra, Ghana,
untuk Sidang Umum World Alliance of Reformed Churches, kita mengunjungi
ruangan-ruangan bawah tanah di Elmina dan Cape Coast di mana pada waktu
perbudakan, jutaan orang Afrika diperlakukan sebagai barang dagangan, dijual,
dan dihadapkan dengan kengerian dari tekanan, bahkan kematian. Seruan
"jangan pernah terjadi lagi" menjadi suatu kebohongan dengan realita
perdagangan manusia dan tekanan dari sistem ekonomi global yang terus
berlangsung.
4. Hari ini kita memutuskan untuk
mengambil sebuah komitmen iman.
Konfesi
Accra, Melihat Tanda-tanda Zaman
5. Kita telah mendengar bahwa
segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit, menanti
pembebasannya (Roma 8:22). Kita ditantang oleh jeritan mereka yang menderita
dan oleh kesakitan ciptaan itu sendiri. Kita melihat sebuah keterkaitan
mendalam antara penderitaan manusia dan perusakan yang dilakukan dengan ciptaan
yang lain.
6. Tanda-tanda zaman telah menjadi semakin hebat dan perlu ditafsirkan. Penyebab mendasar dari ancaman-ancaman besar terhadap kehidupan merupakan hasil dari suatu sitem ekonomi yang tidak adil, yang dibela dan dilindungi oleh kekuatan politik dan militer. Sistem ekonomi merupakan suatu masalah hidup atau mati.
7. Kita hidup dalam dunia yang penuh skandal. Dunia yang menolak bahwa panggilan kehidupan dari Allah diberikan kepada setiap makhluk. Pendapatan tahunan dari 1% penduduk terkaya di dunia setara dengan pendapatan 57% penduduk termiskin, dan 24.000 orang meninggal dunia setiap harinya akibat kemiskinan dan malnutrisi. Hutang-hutang negara miskin terus meningkat meskipun mereka telah membayar kembali pinjaman mereka berkali-kali lipat. Perang-perang untuk perebutan sumber daya mengambil nyawa jutaan orang, sementara jutaan lainnya meninggal dunia akibat penyakit-penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah. Pandemi global HIV dan AIDS menghancurkan kehidupan di semua wilayah dunia, secara khusus memengaruhi wilayah-wilayah yang paling miskin, di mana obat-obatan generik tidak tersedia. Mayoritas dari mereka yang hidup dalam kemiskinan adalah perempuan dan anak-anak dan jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan menyeluruh dengan pendapatan harian kurang dari 1 dolar Amerika terus meningkat.
8. Kebijakan pertumbuhan tidak terbatas di negara-negara industri dan dorongan dari perusahaan-perusahaan transnasional untuk menghasilkan keuntungan telah merampok bumi dan menyebabkan kerusakan parah terhadap lingkungan. Di tahun 1989, satu spesies punah setiap harinya dan pada tahun 2000, satu spesies punah setiap jamnya. Perubahan iklim, berkurangnya stok ikan, pembukaan hutan, erosi tanah dan ancaman terhadap air bersih merupakan beberapa dari konsekuensi yang menghancurkan. Komunitas-komunitas terganggu, kehidupan terhilang, wilayah tepi pantai dan pulau-pulau di wilayah Pasifik terancam tenggelam, dan semakin banyak terjadi badai. Tingkat radioaktif tinggi mengancam kesehatan dan ekologi. Bentuk-bentuk kehidupan dan pengetahuan budaya dipatenkan demi keuntungan finansial.
9. Krisis ini terkait langsung dengan berkembangnya globalisasi ekonomi neoliberal, yang didasarkan pada kepercayaan-kepercayaan berikut ini:
* kompetisi tidak terbatas, konsumerisme dan pertumbuhan ekonomi yang tidak terbatas serta akumulasi kekayaan merupakan hal yang terbaik bagi seluruh dunia;
* kepemilikan tanah secara pribadi tidak memerlukan tanggung jawab social;
* spekulasi modal, liberalisasi dan deregulasi pasar, privatisasi kepentingan umum dan sumber daya nasional, akses tidak terbatas bagi investasi asing dan kebijakan impor, pajak yang lebih rendah dan kebebasan modal akan mencapai kekayaan bagi semua orang;
*kewajiban sosial, perlindungan bagi orang miskin dan lemah, persatuan dagang, dan hubungan antar manusia kurang penting dibandingkan dengan proses-proses perkembangan ekonomi dan akumulasi modal.
10. Ini adalah sebuah ideologi yang menyatakan diri sebagai sesuatu yang tidak dapat digantikan, meminta pengorbanan tanpa akhir dari mereka yang miskin dan alam ciptaan. Ideologi ini membuat janji palsu bahwa melalui penciptaan kekayaan dan kemakmuran dunia dapat diselamatkan, sehingga ideologi tersebut menyatakan diri sebagai penguasa kehidupan dan memaksakan kesetiaan total yang dapat disamakan dengan penyembahan berhala.
11. Kita mengenali betapa besar dan rumitnya situasi ini. Kita tidak sekedar mencari jawaban yang mudah. Selaku pencari kebenaran dan keadilan, dan melihat melalui mata mereka yang tidak memiliki kuasa dan tengah menderita, kita melihat bahwa ke(tidak)teraturan dunia saat ini berakar pada sebuah sistem ekonomi yang sangat kompleks dan imoral yang dilindungi oleh penguasa. Dalam menggunakan istilah “penguasa” yang kita maksudkan adalah penyatuan kekuasaan ekonomi, kultural, politik dan militer yang membentuk sebuah sistem kekuasaan yang dipimpin oleh negara-negara adikuasa untuk melindungi dan mempertahankan kepentingan-kepentingan yang mereka miliki.
12. Dalam ekonomi-ekonomi liberal klasik, pemerintah hadir untuk melindungi kepemilikan pribadi dan kontrak-kontrak dalam kompetisi pasar. Melalui pergulatan pergerakan buruh, pemerintah-pemerintah mulai meregulasi pasar dan menyediakan sumber daya untuk kesejahteraan masyarakat. Sejak tahun 1980-an, melalui transnasionalisasi modal, neoliberalisme telah menghancurkan fungsi penyejahteraan dari pemerintah. Di dalam neoliberalism tujuan ekonomi adalah meningkatkan keuntungan dan pengembalian modal kepada para pemilik modal produksi maupun financial, dengan tidak mengikutsertakan mayoritas masyarakat dan memperlakukan alam sebagai komoditas.
13. Sebagaimana telah terjadi globalisasi pasar, demikian juga telah terjadi globalisasi institusi politik dan hokum yang melindunginya. Pemerintah Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya, bersama dengan institusi-institusi keuangan dan perdagangan internasional (International Monetary Fund, Bank Dunia, Organisasi Perdagangan Dunia) menggunakan hubungan politik, ekonomi maupun militer untuk melindungi dan memajukan kepentingan para pemilik modal.
14. Kita melihat pemusatan dramatis dari krisis ekonomi dengan adanya kerjasama antara globalisasi ekonomi dan geopolitik dengan didukung oleh ideologi neoliberal. Ini adalah sebuah sistem global yang membela dan melindungi kepentingan-kepentingan mereka yang berkuasa. Hal ini memengaruhi dan memenjarakan kita semua. Lebih lanjut, dalam pandangan Alkitab sebuah sistem pengumpulan kekayaan yang mengorbankan mereka yang miskin seperti yang tengah terjadi dapat dilihat sebagai ketidaksetiaan kepada Allah. Sistem ini bertanggungjawab atas penderitaan umat manusia yang seharusnya dapat dicegah dan dikenal dengan sebutan Mamon. Yesus telah mengatakan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (Lukas 16:13).
Konfesi Accra, Pengakuan iman di tengah ketidakadilan ekonomi dan
kehancuran ekologis
Bagian ke-3.
15. Sebuah komitmen iman dapat
dilakukan dengan berbagai cara menurut tradisi teologis maupun regional
masing-masing: dalam bentuk konfesi, pengakuan bersama, pernyataan iman, atau
bersikap setia terhadap Perjanjian Allah. Kita memilih untuk mengambil bentuk
konfesi, bukan dalam arti sebuah konfesi doktrinal klasik, karena World
Alliance of Reformed Churches tidak dapat membuat konfesi dalam bentuk
sedemikian, melainkan bentuk konfesi ini dipilih untuk menunjukkan betapa
penting dan mendesaknya sebuah respons aktif terhadap tantangan-tantangan zaman
ini dan seruan dari Debrecen. Kami mengundang semua gereja anggota untuk
menerima dan merespon kesaksian kita bersama.
16. Berbicara sesuai dengan
tradisi Reformasi dan membaca tanda-tanda zaman, Sidang Umum World Alliance of Reformed
Churches mengakui bahwa keadilan ekonomi global merupakan hal yang esensial
bagi integritas iman kita kepada Allah dan pemuridan kita selaku pengikut
Kristus. Kita percaya bahwa integritas iman kita berada dalam keadaan berbahaya
apabila kita tetap diam atau menolak untuk mengambil sikap menghadapi sistem
globalisasi ekonomi neoliberal masa kini dan oleh karena itu kita mengaku di
hadapan Allah dan satu sama lain.
17. Kita percaya kepada Allah,
pencipta dan pemelihara kehidupan, yang memanggil kita sebagai partner dalam
penciptaan dan penebusan dunia. Kita hidup di bawah keyakinan akan janji bahwa
Yesus Kristus datang supaya setiap orang mempunyai hidup (Yohanes 10:10).
Dengan bimbingan dan kekuatan Roh Kudus kita membuka diri terhadap kenyataan dunia
yang tengah kita diami ini.
18. Kita percaya bahwa Allah
berkuasa atas segala ciptaan. “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya,
dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur 24:1).
19. Oleh karena itu, kita menolak
pengaturan ekonomi dunia saat ini yang diterapkan oleh kapitalisme neoliberal
global maupun sistem ekonomi lainnya, termasuk pengaturan ekonomi absolut, yang
melanggar perjanjian Allah karena tidak mengikutsertakan mereka yang miskin,
yang mudah diserang dan keseluruhan ciptaan dalam hidup yang berkecukupan. Kita
menolak klaim apapun dari penguasa ekonomi, politik maupun militer yang
berlawanan dengan kekuasaan Allah atas kehidupan. Kita juga menolak semua
tindakan yang berlawanan dengan pengaturan Allah yang penuh keadilan.
20. Kita percaya bahwa Allah
telah membuat perjanjian dengan seluruh ciptaan (Kejadian 9:8-12). Allah telah
menjadikan sebuah komunitas di dunia berdasarkan visi keadilan dan kedamaian.
Perjanjian tersebut adalah sebuah anugerah yang tidak diperdagangkan (Yesaya
55:1). Ini adalah sebuah ekonomi anugerah bagi rumah tangga keseluruhan
ciptaan. Yesus menunjukkan bahwa perjanjian ini bersifat inklusif, di mana
mereka yang miskin dan termarjinalisasi merupakan partner yang disukai, dan
memanggil kita untuk menempatkan keadilan bagi yang “paling hina” (Matius
25:40) di tengah-tengah kehidupan persekutuan kita. Setiap ciptaan diberkati
dan termasuk dalam perjanjian ini (band. Hosea 2:18).
21. Oleh karena itu, kita menolak
kebudayaan konsumerisme yang merajalela dan ketamakan serta kesombongan
kompetitif sistem pasar neoliberal global maupun sistem lainnya yang mengklaim
bahwa tidak ada alternatif lain.
22. Kita percaya bahwa ekonomi
kehidupan rumah tangga yang diberikan kepada kita oleh perjanjian Allah untuk
mempertahankan kehidupan harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Kita percaya
bahwa ekonomi hadir untuk melayani kehormatan dan kesejahteraan masyarakat
dalam suatu komunitas, dalam batasan keberlangsungan ciptaan. Kita percaya
bahwa manusia dipanggil untuk memilih Allah, dan bukan Mamon, dan bahwa
mengakui iman kita merupakan sebuah tindakan ketaatan.
23. Oleh karena itu, kita menolak
akumulasi kekayaan yang tidak diatur dan pertumbuhan tanpa batas yang telah
mengorbankan nyawa jutaan orang dan menghancurkan sebagian besar ciptaan Allah.
24. Kita percaya bahwa Allah
adalah Tuhan dari keadilan. Dalam dunia yang penuh dengan korupsi, eksploitasi
dan ketamakan, Allah secara khusus merupakan Tuhan dari mereka yang tidak
memiliki apa-apa, yang miskin, yang tereksploitasi, yang diperlakukan dengan
semena-mena dan yang mengalami pelecehan (band. Mazmur 146:7-9). Allah
menyerukan hubungan yang adil dengan seluruh ciptaan.
25. Oleh karena itu, kita menolak
ideologi maupun rezim ekonomi apapun yang menempatkan keuntungan di atas
manusia, yang tidak memedulikan seluruh ciptaan dan yang memprivatisasi
anugerah-anugerah Allah yang diperuntukkan bagi semua. Kita menolak pengajaran
apapun yang membenarkan mereka yang mendukung, atau gagal menolak, ideologi
semacam ini dalam nama Injil.
26. Kita percaya bahwa Allah
memanggil kita untuk berdiri bersama dengan mereka yang merupakan korban
ketidakadilan. Kita tahu apa yang dituntut oleh Allah dari kita: berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah (Mikha 6:8).
Kita dipanggil untuk mengambil sikap melawan segala bentuk ketidakadilan
ekonomi dan penghancuran alam sekitar, agar “keadilan bergulung-gulung seperti
air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir” (Amos 5:24).
27. Oleh karena itu, kita menolak
teologi apapun yang mengklaim bahwa Allah hanya menyertai mereka yang kaya dan
bahwa kemiskinan merupakan kesalahan mereka yang miskin. Kita menolak segala
bentuk ketidakadilan yang menghancurkan hubungan-hubungan yang benar – gender,
ras, kelas, kecacatan maupun kasta. Kita menolak teologi apapun yang menyatakan
bahwa kepentingan-kepentingan manusia mendominasi alam.
28. Kita percaya bahwa Allah
memanggil kita untuk mendengar jeritan-jeritan mereka yang miskin dan keluhan
ciptaan serta untuk mengikuti misi publik Yesus Kristus yang datang supaya
semuanya memiliki hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yohanes
10:10). Yesus membawa keadilan kepada mereka yang tertekan dan memberikan roti
kepada yang kelaparan; Ia membebaskan tawanan dan mengembalikan penglihatan
kepada yang buta (Lukas 4:19); Ia mendukung dan melindungi mereka yang
tertindas, yang asing, yatim piatu dan janda-janda.
29. Oleh karena itu, kita menolak
segala praktik maupun pengajaran gerejawi yang tidak mengikutsertakan mereka
yang miskin dan tidak menunjukkan perhatian kepada ciptaan dalam misinya; yang
memberikan kenyamanan bagi mereka yang datang untuk “mencuri, membunuh dan
membinasakan” (Yohanes 10:10) alih-alih mengikuti Sang “Gembala Baik” yang
datang untuk memberi kehidupan (Yohanes 10:11).
30. Kita percaya bahwa Allah
memanggil laki-laki, perempuan dan anak-anak dari segala tempat bersama-sama,
kaya maupun miskin, untuk mempertahankan kesatuan gereja dan misinya sehingga
rekonsiliasi yang diserukan oleh Kristus dapat menjadi nyata.
31. Oleh karena itu, kita menolak
segala usaha dalam kehidupan bergereja untuk memisahkan keadilan dan kesatuan.
32. Kita percaya bahwa kita
dipanggil dalam Roh Kudus untuk diperhitungkan dalam pengharapan yang kita
miliki melalui Yesus Kristus dan percaya bahwa keadilan akan menang dan
kedamaian akan berkuasa.
33. Kita mengambil komitmen dan
menyerahkan diri untuk mencari sebuah perjanjian global bagi keadilan dalam
ekonomi dan bagi dunia di dalam rumah tangga Allah.
34. Kita dengan rendah hati
mengakui harapan ini, mengetahui bahwa kita juga berdiri di bawah penghakiman
keadilan Allah.
• Kita menyadari kerumitan dan
rasa bersalah mereka yang, secara sadar maupun tidak, mendapatkan keuntungan
dari sistem ekonomi neoliberal global saat ini; kita menyadari bahwa ini
termasuk gereja-gereja, bahkan anggota keluarga tradisi Reformasi, dan karena
itu kita menyerukan pengakuan dosa.
• Kita menyadari bahwa kita telah
terbuai oleh kebudayaan konsumerisme dan ketamakan serta kesombongan kompetitif
dari sistem ekonomi saat ini. Hal tersebut telah terlalu banyak memengaruhi
spiritualitas kita masing-masing.
• Kita mengakui dosa kita dalam
menyalahgunakan ciptaan dan kegagalan kita untuk menjadi penjaga dan sahabat
alam.
• Kita mengakui dosa kita bahwa
tidak adanya kesatuan dalam keluarga tradisi Reformasi kita telah membuat kita
tidak mampu melayani misi Allah secara utuh.
35. Kita percaya akan perlunya
kepatuhan kepada Yesus Kristus dan bahwa gereja dipanggil untuk mengakui,
menjadi saksi dan bertindak, sekalipun pihak-pihak berwenang dan hukum manusia
dapat melarangnya dan hukuman serta penderitaan merupakan konsekuensinya (band.
Kisah Para Rasul 4:18). Yesus Kristus adalah Tuhan.
36. Kita bersama-sama menaikkan
pujian kepada Allah, Pencipta, Penebus, Roh, yang telah “menurunkan orang-orang
yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;
melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang
kaya pergi dengan tangan hampa” (Lukas 1:52-53).
Konfesi Accra, Perjanjian untuk Keadilan
Bagian ke-4.
37. Dengan bersama-sama
menyampaikan pengakuan iman kita, kita membuat sebuah perjanjian dalam ketaatan
atas kehendak Allah sebagai sebuah tindakan kesetiaan dalam solidaritas bersama
dan hubungan-hubungan yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini mengikat kita
bersama untuk dapat bekerja bagi keadilan ekonomi maupun bagi bumi, baik dalam
konteks global kita bersama maupun dalam lingkup regional dan lokal kita
masing-masing.
38. Dalam perjalanan bersama ini,
beberapa gereja telah menyampaikan komitmen mereka dalam bentuk pengakuan iman.
Kami mendorong mereka untuk terus menerjemahkan pengakuan ini dalam
tindakan-tindakan konkrit baik secara lokal maupun regional. Gereja-gereja yang
lain telah mulai terlibat dalam proses ini, termasuk mengambil
tindakan-tindakan, dan kami mendorong mereka untuk terlibat lebih jauh lagi,
melalui pendidikan, pengakuan dan tindakan. Bagi gereja-gereja lain, yang masih
dalam proses pengenalan, kami mendorong mereka atas dasar tanggung jawab
perjanjian kita bersama, untuk memperdalam pendidikan mereka dan bergerak maju
kepada pengakuan.
39. Sidang Raya menyerukan kepada
gereja-gereja anggota, dengan berdasarkan hubungan perjanjian ini, untuk
menjalani tugas kenabian yang sulit yaitu menerjemahkan konfesi ini bagi
jemaat-jemaat lokal mereka.
40. Sidang Raya mendorong
gereja-gereja anggota untuk mengimplementasikan konfesi ini dengan
menindaklanjuti rekomendasi komite masalah umum tentang isu-isu keadilan
ekonomi dan ekologi.
41. Sidang Raya menyerahkan World
Alliance of Reformed Churches dalam sebuah komitmen untuk bekerja bersama
dengan persekutuan-persekutuan lain, komunitas lintas agama, gerakan-gerakan
sipil dan kemanusiaan bagi ekonomi yang adil dan integritas ciptaan. Sidang
Raya menyerukan agar gereja-gereja anggota melakukan hal yang sama.
42. Mulai saat ini, kita
mengumandangkan dengan penuh semangat bahwa kita akan menyerahkan diri, waktu
dan tenaga kita dalam sebuah komitmen untuk mengubah, memperbarui dan
mengembalikan keadaan ekonomi dan bumi, memilih kehidupan, supaya kita maupun
keturunan kita dapat hidup (band. Ulangan 30:19).
Komentar
Posting Komentar