DISCOVERY OF A DREAM
Hampir 12 jam, otak ku
bermain-main dengan alam bawa sadarku. Kisah ini ku mulai dari kamar pengap
berukuran 3x3. Disanalah bermulah pencarianku sebagai manusia unggul. Tunggu,
manusia unggul? Apa itu? Bukankah itu inti ajaran yang dikemukakan filsuf
jerman, Nietzche dengan stetmen bombastisnya, Tuhan sudah mati. Kau rupanya
mulai bermain-main dengan filsafat. Apa kau siap di kucilkan dari masyarakat,
dituduh orang aneh, dan paling parah manusia tak bermoral. Hahay, dengan
memakai ukuran apa? Sehingga kita bisa dengan entengnya menghakimi setiap
individu dalam memakai hak hidupnya, kehendak bebasnya. Setiap individu yang
mencoba menemukan kembali identitasnya, jati dirinya sebagai manusia.
Mendapatkan kembali haknya sebagai manusia merdeka. Naifkah? Ironikah?.
Sudah sebegitu akutnya kah budaya salah kaprah di masyarakat kita?. Baahhh,
persetan dengan penyakit masyarakat kita. Ikut memikirkannya, bisa-bisa
membuang percuma energiku yang ku hemat selama 12 jam ini, lantaran hampir 2x24
jam, perutku belum diisi nasi. Biarlah penyakit masyarakat kita itu, solusinya
di cari para cendikiawan, teolog, budayawan, sosiolog, seniman, politikus.
Hey..hey..hey.. bukankah kau ingin menjadi manusia unggul? Menjadi manusia unggul,
bukan hanya tidur 12 jam, diam dikamar pengap, jarang bersua matahari pagi,
tidur setelah ayam bangun, makan tak teratur, merokok dan ngopi adalah menu
favorit, dan segala bentuk penyiksaan diri lainnya, oh bukan, bukan
penyiksaan diri tapi kebodohan. Alih-alih mencari inspirasi. Itukah manusia
unggul menurutmu? Manusia unggul adalah jika mempunyai keberanian
merealisasikan diri secara berani dan jujur, punya gairah, keterlibatan, dan
komitmen pribadi dalam memandang kehidupan. Bukankah mencari inspirasi dan lalu
menuangkannya dalam karya secara kreatif dan inovatif, itu juga bagian dari
pencarian menjadi manusia unggul. Ketika puisiku bisa di baca orang,
pertunjukan teaterku bisa ditonton orang, bisa mengugah emosi, memberikan
inspirasi dan motivasi, bahkan mampu merubah pola pikir yang sudah sistematis
bukankah ini wujud dari menjadi manusia unggul. Aku memang punya keterbatasan
dalam berpikir dan bersikap. Tak ada manusia yang sempurna, begitu kaum sufi
menyebutnya. Tapi aku punya cara pandang dalam melihat kesempurnaan. Aku punya
tujuan dalam merealisasikan kesempurnaan. Pola pikir hanya stimulus bagi cara
pandang dan tujuan berproses dalam menjadi manusia unggul. Lalu bagaimana
dengan cinta dan perempuan, dua zat yang tak bisa lepas dari eksistensi lelaki.
Dua objek yang selalu di gandrungi penyair dan actor dalam proses
penciptaannya. Dengan bertumpu pada Imajinasi yang liar penyair dan actor
mengekspresikan jiwanya. Membangun sorga dan nerakanya sendiri. Imajinasi juga
bagian dari proses pencerahan menjadi manusia unggul. Cinta dan perempuan
adalah bagian dari ciptaan kehidupan ini. Sekalipun ada asumsi hidup ini
absurd. Tapi untuk perempuan dan cinta, mereka ada dan nyata. Mampukah menjadi
manusia unggul tanpa cinta dan perempuan? Cinta adalah mantra
#$%$#@&*&$**&%$#@*&%%*&**#%##@@%#@
“ om ompi, tu baju da
jumur so ujang “ teriakan echa, membenamkan ku lagi dalam realitas kehidupan
sesungguhnya.
Komentar
Posting Komentar