Percakapan sunyi
Karya : Sylvester “ Ompi “ Setligt

Panggung dipenuhi lilin. Kain hitam-putih terbentang ada juga yang tergantung dipohon yang tak berdaun. Ditengah panggung terdapat sebuah kursi yang ditutupi kain putih dan sebuah meja yang ditutupi kain ungu. Diatas meja terdapat cawan, roti, ketel, dan kitab. Sedang sebuah pisau tertancap diatas meja dan sebuah apel disampingnya.
Lampu diatur hingga suasana panggung tetap remang.

Masuk sosok berpakaian serbah putih, duduk dikursi dan membaca kitab.
Putih : Apa yang aku tahu tentang hidup?
Apa yang aku cari tentang hidup?
(melanjutkan membaca)
Apa yang aku tahu tentang kematian?
Apa yang aku cari tentang kematian?
(melanjutkan membaca)
Masuk sesosok perempuan sambil memakan buah apel,duduk disebuah level.
Gadis : sudah kau temukan?! (tak ada respon)
Sudahlah... Jangan terlalu memaksakan diri!
Kesempatan hanya datang sekali, janganlah sia-siakan.
Berjam-jam, berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, duduk dikursi itu membaca kitab yang sudah ketinggalan zaman. Kuno itu....
Apa yang kau dapat?!
Apa yang kau dapat??!! (Kesal)
Apa tak ada pekerjaan lain, selain membaca kitab kusam itu?
Pergi berjudi, pergi mabuk, nonton BF, main perempuan, korupsi, atau apalah... 
Asalkan tidak kelihatan bodoh.
Apa kau ingin menjadi Tuhan? Bisa tau segala-galanya!
Putih : Kau bicara seperti perempuan gila!
Aku cari apa yang ingin aku cari
Aku temukan apa yang ingin aku temukan
Aku adalah aku
Kau adalah kau
Semua jalan tak sama, tempuhlah jalan yang kau pilih dan aku akan menempuh jalan yang aku pilih. Tak usahlah kau khotbai aku dengan iman stenga-stengamu itu. Apa sudah kau dengar, sorga itu ilusi, neraka itu ilusi, hidup itu ilusi.
Gadis : Tertawa ... Sekarang siapa yang gila? Siapa yang imannya stenga-stenga? Aku atau kau?!
Putih : jangan naif kwa sudara..
Bumi itu segi empat kalau dilihat dari lensa segiempat. Sama halnya iman, jika fondasinya nda kuat, angin sepoi tiup pasti hancur.
Gadis :Apriori...
Individualistis...
Terisak.. Apa pernah kau membaca perasaanku
Apa pernah kau tahu saat aku kesepian
Saat aku sedih
Kau tak bedanya dengan binatang! Binatang!!
Putih : Kau percaya Tuhan? Jika Tuhan itu binatang, apa kau masih mempercayai-Nya.
Gadis :Kau sudah pernah bertemu dengan Tuhan? Bagaimana wujudnya? Seperti binatangkah? Tak berperasaan, tak tahu balas budi, tak berbelas kasih, ringan tangan, munafik, panjang tangan, pencuri tulang, bodoh, jorok.
Putih : Untuk menjadi penjahat harus berkawan dengan penjahat. Untuk menangkap penjahat harus menyamar seperti penjahat. Penyangkalan diri adalah pintu untuk bertemu dengan Tuhan.
Gadis :Buat apa memilih susah jika ada yang mudah. Hidup cuma sekali. Belajarlah menghargai dirimu jika kebahagian yang kau tuju. Aku tidak cemburu padamu, aku tidak iri, aku Cuma kasihan padamu. Dengan membaca kitab itu kau tak akan kenyang.
Putih : Manusia hidup bukan dari roti saja melainkan dari kepuasan. Aku puas jadi aku kenyang. 
Gadis :Saat kau dihina, dimaki, diludahi, difitnah, ditinggalkan orang-orang yang kau cintai. Apa kau puas?! Apa kau puas dengan harta, pangkat, derajat, yang sekarang kau miliki pada hal itu bukan dari keringatmu sendiri. Kepuasan itu absurd bagiku. Tak ada satu orangpun didunia ini yang sanggup mencapai titik kepuasan bila tak menemukan takdir sesungguhnya dalam dirinya.
Putih : Mintalah maka akan diberikan kepadamu, ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu, tak ada yang sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku. Kadang kita harus seperti pengembara untuk bisa bertahan hidup, kadang kita harus melawan waktu untuk bisa menjamah dunia. Sama halnya dengan takdir, jalan satu-satunya melawan takdir ialah bunuh diri.
Gadis :Bunuh diri? Apa bunuh diri pilihanmu? Baiklah,didepanmu telah tersedia pisau. Ayo.. Ambillah pisau itu...Tikamkanlah!... Tunggu apa lagi, tikamkanlah tepat dijantungmu. Biar kau temukan takdirmu.
Putih : bunuh diri ada dua macam bagiku. Ada bunuh diri waktu gelap mata, dan itu bodoh namanya. Tapi bunuh diri dengan kesadaran, diperhitungkan baik-baik, itulah keberanian yang paling besar menurutku. Bunuh diri dengan sadar, dipikirkan matang-matang caranya, jamnya, suasananya, dan sebaiknya pada saat rasa bahagia memuncak. Lalu kita putuskan.. Kita putuskan sendiri. Tapi saat ini aku belum bisa memilih.. Karena tanggung jawabku belum selesai.! (menancapkan pisau kesebuah apel)
Setelah pisau itu ditancapkan ke apel, perempuan menjadi ketakutan, histeris, kesakitan.
Gadis :Terkutuk!... Terkutuk!... Terkutuk!...Terkutuk!...Terkutuk!... Menjerit.. Aku belum kalah!... Aku belum kalah!.. (diucapkan berulang-ulang, tubuh merangkak sampai keluar panggung)
Putih :Menarik napas panjang lalu menghembuskannya, kemudian menggeleng-gelengkan kepala. Seolah tak percaya apa yang baru dialaminya. Wajahnya berat, dipundaknya seperti membawa beban ratusan kilo. Ia kemudian menuangkan annggur kedalam cawan, dan memelah roti. Setelah ditangannya ada cawan dan roti, ia tak bisa memakannya ataupun meminumnya tangannya bergetar hingga cawan dan roti jatuh. Ia meneteskan air mata. 
Kalau boleh, biarkanlah penderitaan ini lalu dari padaku. Namun biarlah kehendak-Mu yang jadi, bukan kehendakku. Tersungkur dikursi, seolah tak ada tenaga. Termenung meratapi nasib.
Masuk sosok serbah hitam. Tertawa terbahak-bahak, mengejek.
Hitam :Sudah aku katakan berulang-ulang kali, bukan. Ikutlah denganku. Tapi kau keras kepala. Kau tak pernah mau mendengarkanku. Buktinya cobaan menimpamu. Sekarang siapa yang harus disalahkan. Imanmu, tuhanmu, atau ketololanmu. Sekarang aku akan mengatakan yang terakhir kali. Kamu mau ikut aku atau tidak. Aku tak akan mengulanginya lagi, mau ikut aku atau tidak. Sekali lagi, mau ikut aku atau tidak. Ikut, tidak, tidak, ikut, ikut, tidak, tidak, ikut, ayolah jangan lambat loadingnya. Jadi orang itu jangan plin-plan, harus menentukan sikap.
Putih : Masuklah melalui pintu yang sempit dan sukar, karena itu adalah jalan yang akan membawah orang kepada hidup dan sedikit yang menemukannya. Sebaliknya pintu yang lebar dan mudah, adalah jalan yang akan membawah pada kebinasaan. Pikul dulu salibmu baru memikul salibku.
Hitam :Tertawa mengejek.. Hebat.. Hebat.. (diiringi tepuk tangan) Kau mampu mendefinisikan arti hidupmu tapi kau tak mampu mengubah nasibmu. Apa gunanya?! Kalau kau ikut aku, semuanya akan berubah. Tak ada lagi yang akan menghinamu, kau tak akan miskin-miskin. Dengan keangkuhan, kesombongan, ketamakan, kemunafikan, rakus, licik, kau dapat menguasai kerajaan dunia. Jangan seperti aliran-aliran persekutuan yang ingin mencari kerajaan sorga namun matanya tertutup oleh balok keduniawian. Kau tentu mengimpikan dunia yang ideal, bukan?
Putih : Keidealan manusia datang dari dalam diri manusia itu. Jika dalam diri lahir kecacatan maka dunia akan dibentuk dengan kecacatan. Berilah makan bagi orang yang lapar, berilah selimut bagi orang yang kedinginan, berilah pakaian kepada orang yang tak punya pakaian, dan berubahlah oleh pembaharuan budim. Itulah hematku, dunia ideal.
Hitam :Jadi kau menyetujui sosialisme. Mantap.! Itukah yang diajarkan gerejamu. Apa fungsi gereja masih berlaku pada gereja masa kini. Gereja yang adalah orang tua bagi anak yatim-piatu, gereja yang adalah teman hidup bagi para janda, gereja yang adalah tempat curhat bagi orang-orang yang dikucilkan, dihina, oleh orang-orang yang mengaku titisan dewa. Kini telah menjadi gereja sebagai tempat pacaran kaum remaja, gereja sebagai tempat kaum kapitalisme, gereja sebagai tempat penyombongan diri. Inikah gereja yang setiap minggunya kau beri persembahan, dan setiap bulannya kau beri perpuluhan. Tertawa Aku kasihan padamu kawan, berabad-abad kau perjuangkan eksistensimu membaca kitab itu namun gerejamu menikam dari belakang. Ayo... Kawan! Bangkit, lawan gerejamu. Berdoalah pada Tuhanmu, Ia pasti akan mendengarkannya, kalau aku Ia pasti tak akan mengabulkannya, hehehe.. Suruh Ia membubarkan gereja. Kau pasti tahu kan? Gereja itu didirikan oleh manusia. Jadi hanya Tuhanmu yang sanggup membubarkannya. Apa kau tega melihat kawan-kawanmu yang idealis itu dibantai oleh gereja. Kau kali ini akan sependapat denganku, kita tak perlu kegereja cause tubuhmu bait sucimu.
Sosok putih berdiri dari kursi, kemudian berjalan mondar-mandir sambil merenungkan sesuatu.
Putih : Apa yang dilarang didunia, juga dilarang disorga. Apa yang dibenarkan didunia, juga dibenarkan disorga. Apa yang akan kau lakukan, jika kau dapati istrimu selingkuh? Menceraikannya atau mengampuninya. Kau pasti tak akan menceraikannya karena kau mencintainya, tapi juga tak akan mengampuninya karena ia telah mengkhianatimu. Begitulah hidup sebuah misteri. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi esok. Karena itu kita tak punya hak menghakimi sesama kita.
Hitam :Kasih.. Lagi-lagi bicara kasih! Kesal. Bukan zamannya lagi berbicara kasih, kawan. Dunia ini tak lagi mengenal kasih.
Putih : Jika dunia tak ada kasih, kau sudah mati, aku sudah mati, kita semua sudah mati.
Hitam :Kalau mati adalah jalan mencapai nirwana, kenapa tidak.
Putih : Tapi bukan mati karena pesimis akan hidup.
Hitam :Mengapa harus optimis kalau dunia menghadiahi air mata
Putih : Itulah masalahnya kita selalu skeptis memandang hidup.
Hitam :No!No. Kita harus realistis.
Putih : Realistis bagimana? Orang lebih suka absurditas.
Hitam :Kenapa heran? Manusia diciptakan absurd koq.
Putih : Takdir!
Hitam :Nasib!
Putih : Takdir!
Hitam :Nasib!
(kata-kata diulang sampai keduanya saling berhadapan)
Sosok Gadis masuk sambil menangis, kedua sosok itu terhenti dari perdebatannya dan pandangan mereka tertujuh kesosok Gadis.
Putih : Mengapa menangis?
Gadis: Tak menjawab, hanya terus menangis.
Putih : Mengapa menangis? Penasaran.
Hitam: Begitulah wanita, cengeng. Maunya dimanja.
Gadis : Tangisnya makin keras
Hitam: He.. Mengapa menangis?!
Gadis : Berhenti menangis. Menerawang. TUHANku telah MATI. Perlahan.
Hitam: Terkejut. Inahilahi wa inahilahi rojiun.
Putih : Halelluya
Gadis : Terisak-isak
Hitam-Putih :Setelah beberapa saat terdiam seperti patung. Siapa yang membunuhnya?
Masuk 2 orang perawat
Perawat : Kami. Sama-sama
(panggung terang)
Sosok-sosok berteriak dan saling berpelukan
Perawat1 : Jam bermain telah habis.
Perawat2 : Waktunya kembali kekamar. 
Sebelum keluar sosok-sosok saling bersalaman, minta maaf kalau ada yang salah bicara atau salah-salah yang lain. ( Improvisasi )

Tamat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Drama Rohani Untuk 6 Orang

Minahasa so perlu Bakera

BENNY J. MAMOTO DAN PERKEMBANGAN SENI BUDAYA SULAWESI UTARA