Angora duduk disalah satu meja disebuah warung kopi, matanya liar memandang asap yang mengepul dari balik cangkir kopi didepannya. Sekali-sekali ia menghisap rokok yang terjepit dijari tangan kirinya. Suasana di warong kopi itu lagi sepi, hanya ada dua laki-laki yang sedang bermain catur sambil bercakap-cakap dengan topic yang tak jelas di telinga, dimeja kasir seorang perempuan sedang duduk sambil mengutak-atik handphonenya.

Dalam sekali jentikkan, angora mematikan rokoknya, lalu memasang rokok yang baru lagi. Angora tampak menikmati rokok dan kopinya. Seorang perempuan muda masuk dari pintu depan, matanya liar, sepertinya ia sedang mencari seseorang didalam warong kopi itu. Arah pandangannya terhenti pada seorang laki-laki yang duduk di salah satu sudut diwarong kopi itu. Ia tersenyum, sepertinya ia telah menemukan orang yang dicarinya. Perempuan itu melangkah kearah laki-laki itu. “angora? “ perempuan itu bertanya, dengan tangannya memegang pundak lelaki itu. Agak tersentak, lelaki itu memandang kearah perempuan itu dan menjawab agak kikuk ” betul.. betul.. aku angora. “

perempuan itu mengambil tempat duduk di depan angora, “ aku hypatia “. Suasana jadi bisu, keduanya hanya saling memandang, mungkin ini lah cara mereka mengungkapkan rasa rindu mereka. Kemudian hypatia memecah kesunyian “ lekas habiskan kopimu, ada taksi menunggu didepan, antarkan aku kebandara “ “aku tak bisa mengantarmu, aku akan menunggumu disini membawa kisah baru untuk kau ceritakan “angora memandang kedalam  cangkir kopi yang telah kosong. “ pergilah aku membebaskanmu, aku tak ingin jadi bebanmu, aku telah terbiasa dengan kesendirianku “angora menghembuskan asap rokoknya. Hypatia mengambil tasnya yang diletakkan diatas kursi dan melangkah keluar warong kopi, ekspresi wajahnya datar saja, tak ada luka, tak ada duka, hanya kedamaian yang terpancar dari matanya. “ kita kemana, mba? “ Tanya sopir taksi.

“ bandara pak “ ucap hypatia cepat. Hypatia membuka lagi catatan yang pernah dikirimkan angora padanya
Jalan ini terasa panjang
Saat kau hadiahi aku sayap patah
Dalam kesendirianku
Ku berharap malam tak pernah datang

Batin yang terbelenggu
Nurani yang kotor
Adalah sahabatku yang selalu setia menemani
Kala aku menunggu kau pulang

Aku memilih tidur
Untuk dapat bertemu gelap
Aku memilih diam
Agar bisa lahirkan puisi
Aku memilih terluka
Biar dapat memandang esok

Jangan sia-siakan hidup
Bila kau takut
Berlarilah ke ujung lorong
Ada kereta menunggu di sana

Taksi yang di tumpangi hypatia melaju secepat kenangannya yang telah hilang pada angora.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Drama Rohani Untuk 6 Orang

Minahasa so perlu Bakera

ANAK PENJAGA KANA: Dalam Surat Untuk Presiden