Zoroastrianism: A Universal Religion: Good Thoughts, Good Words, Good Deeds


The religion known in the west as Zoroastrianism, and by its founder as the "Religion of Good Conscience", has laid claim to being the first Monotheist religion, the first Universal religion and the root of much of Jewish, Christian and Islamic doctrine and belief.
Over the millenia, the words and compositions of its founder, one Zarathushtra Spitaman, (known to us by the Greek alliteration of his name - Zoroaster), were lost due to passage of time and the obsolescence of its language. Its original message was lost because of accidents of history, as libraries and books were burned again and again by invaders and its wise men were either killed, enslaved, deported or went into hiding.
However, thanks to the long, arduous and painstaking work of literally hundreds of scholars in the last 200 or so years, the original message of Zoroastrianism, the message of its "Manthran" (Thought-provoker) Zarathustra, Zoroastrianism has surfaced once again, revealing it as ever-relevant, unique and inspiring.
Zarathushtra's is a message about a spirituality that progresses towards self-realization, fulfillment and completeness, as a good creation of a totally good God. It is a message of freedom - freedom to choose, freedom from fear, freedom from guilt, freedom from sin, freedom from stultifying rituals, superstitious practices, fake spirituality and ceremonials. The God of Zarathustra, is not a God of "Thou shalt" and "Thou shall not". God in Zoroastrianism does not care what you wear, what and when you eat or where and when you worship. God instead cares how righteous, progressive and good you are.

*
1. God is not about fear guilt and Condemnation.
* 2. God is Wisdom Love and Logic.
* 3. God does not have favorites and does not discriminate on the basis of nationality, gender, race or class.
* 4. God treats humans with dignity and respect.
* 5. God is not a slave master, or despot, among his serfs.
* 6. God is man's Soul Mate and Partner.
* 7. God is not Jealous, Wrathful or Vengeful.
* 8. Man is not sinful, fallen or depraved.
* 9. God has no opponent and heaven and hell are states of mind and being.
* 10. Man was created to progress to likeness and eliminate wrong from the Cosmos
in partnership with God.
The Zoroastrian Religion pictures humanity as the growing and evolving creation of a God that respects it, and wants it to collaborate in the task of preserving, nourishing, fostering and refreshing this Living World of ours.
A Zoroastrian is supposed to progress towards God (Ahura Mazda) by his own choices. Choosing to do good, and to avoid choosing to do wrong or evil. Zoroastrianism is thus the first truly ethical religion of mankind and teaches that mortals achieve their goal of god-likeness and spiritual completeness by fighting evil through good thoughts, words and deeds.
Mazdayasna (The Worship of the Wise), another name for Zoroastrianism, teaches the equality of all mortals before their Wise creator God; who only sees a difference in righteousness among mortals. Thus there is equality of race, nation, gender and social position.

In its most sacred prayer the Ahunavar (Choice of the Lord), Zoroastrians are taught that their Lord and leader are to be chosen, through a Good Mind - a mind that is a well-informed and benevolent - and only on account of their individual righteousness. This sets the basis for a spiritual and political democracy as far back as around 4000 years ago! Only an informed and unbiased mind is capable of making a truly righteous choice and this is precisely, the invitation of Zarathustra, the great Aryan teacher of righteousness, when he tells us:

"Listen to the best things with your ears, reflect upon them with an unbiased mind. Then let each man and women for him or her self choose between the two ways thinking. Awaken to my doctrine, before this great event of choice comes upon you"
[Avesta: The Gathas: Song 3:2 (Free Translation)]


Hasil Google Terjemahan:

Agama yang dikenal di barat sebagai Zoroastrianisme, dan oleh pendirinya sebagai "Agama yang Baik Nurani", telah mengklaim sebagai agama monoteis pertama, Universal pertama agama dan akar dari sebagian besar Yahudi, Kristen dan doktrin Islam dan kepercayaan .
Selama ribuan tahun, kata-kata dan komposisi pendirinya, satu Zarathushtra Spitaman, (dikenal kepada kita oleh aliterasi Yunani namanya - Zarathustra), hilang karena berlalunya waktu dan usang dari bahasa. Pesan aslinya hilang karena kecelakaan sejarah, sebagai buku-buku perpustakaan dan dibakar lagi dan lagi oleh penyerbu dan orang-orang bijaksana entah dibunuh, diperbudak, dideportasi atau bersembunyi.
Namun, berkat panjang, sulit dan sungguh-sungguh bekerja dari ratusan sarjana pada akhir tahun 200 atau begitu, pesan asli Zoroastrianisme, pesan dari "Manthran" (Pikiran-provoker) Zarathustra, Zoroastrianisme telah muncul sekali lagi, mengungkapkan hal itu seperti biasa-relevan, unik dan inspiratif.
Zarathushtra's adalah sebuah pesan tentang spiritualitas yang berkembang menuju realisasi-diri, pemenuhan dan kelengkapan, sebagai ciptaan yang baik dari Allah yang benar-benar baik. Ini adalah pesan kebebasan - kebebasan untuk memilih, kebebasan dari rasa takut, kebebasan dari rasa bersalah, kebebasan dari dosa, kebebasan dari stultifying ritual, praktek-praktek takhayul, spiritualitas dan upacara-upacara palsu. Zarathustra Allah, bukanlah Allah "Engkau" dan "Engkau tidak akan". Allah dalam Zoroastrianisme tidak peduli apa yang Anda kenakan, apa dan ketika Anda makan atau di mana dan kapan kamu sembah. Tuhan bukannya peduli bagaimana orang-orang benar, progresif dan perbuatan baik Anda.

*
1. Allah bukanlah tentang rasa takut bersalah dan Kutukan.
* 2. Allah adalah Kebijaksanaan Cinta dan Logika.
* 3. Allah tidak punya favorit dan tidak melakukan diskriminasi atas dasar kebangsaan, jenis kelamin, ras atau kelas.
* 4. Tuhan memperlakukan manusia dengan bermartabat dan hormat.
* 5. Allah adalah tuan bukan budak, atau lalim, di antara para budak.
* 6. Allah adalah manusia's Soul Mate dan Mitra.
* 7. Allah tidak cemburu, murka atau mendendam.
* 8. Manusia tidak berdosa, jatuh atau bejat.
* 9. Tuhan tak punya lawan dan surga dan neraka adalah keadaan pikiran dan menjadi.
* 10. Manusia diciptakan untuk maju ke kemiripan dan menghilangkan salah dari Cosmos
dalam kemitraan dengan Allah.
Selama ribuan tahun, kata-kata dan komposisi pendirinya, satu Zarathushtra Spitaman, (dikenal kepada kita oleh aliterasi Yunani namanya - Zarathustra), hilang karena berlalunya waktu dan usang dari bahasa. Pesan aslinya hilang karena kecelakaan sejarah, sebagai buku-buku perpustakaan dan dibakar lagi dan lagi oleh penyerbu dan orang-orang bijaksana entah dibunuh, diperbudak, dideportasi atau bersembunyi.
Namun, berkat panjang, sulit dan sungguh-sungguh bekerja dari ratusan sarjana pada akhir tahun 200 atau begitu, pesan asli Zoroastrianisme, pesan dari "Manthran" (Pikiran-provoker) Zarathustra, Zoroastrianisme telah muncul sekali lagi, mengungkapkan hal itu seperti biasa-relevan, unik dan inspiratif.
Zarathushtra's adalah sebuah pesan tentang spiritualitas yang berkembang menuju realisasi-diri, pemenuhan dan kelengkapan, sebagai ciptaan yang baik dari Allah yang benar-benar baik. Ini adalah pesan kebebasan - kebebasan untuk memilih, kebebasan dari rasa takut, kebebasan dari rasa bersalah, kebebasan dari dosa, kebebasan dari stultifying ritual, praktek-praktek takhayul, spiritualitas dan upacara-upacara palsu. Zarathustra Allah, bukanlah Allah "Engkau" dan "Engkau tidak akan". Allah dalam Zoroastrianisme tidak peduli apa yang Anda kenakan, apa dan ketika Anda makan atau di mana dan kapan kamu sembah. Tuhan bukannya peduli bagaimana orang-orang benar, progresif dan perbuatan baik Anda.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Drama Rohani Untuk 6 Orang

Tuhan-Tuhan yang mencari Tuhan Karya : M. Amin  Adaptasi Teater Nadi BAPA SEDANG JALAN-JALAN DI SURGA MENIKMATI SORE YANG MASIH TERANG BENDERANG. POHON SURGA YANG BERDAUN KECIL NAN INDAH MELAMBAI DISERTAI ANGIN SEPOI-SEPOI SEMILIR MENAMBAH NIKMATNYA SUASANA SURGA. TIBA-TIBA BAPA DITEMPELENG, BAPA JATUH TERSUNGKUR. TAPI DENGAN SIGAP BERDIEI LAGI. TERNYATA ALLAH YANG MENEMPELANGNYA. SECEPAT KILAT DITENDANGNYA ALLAH, TERSUNGKURLAH ALLAH DIPELATARAN TANAH SURGA. ALLAH TIDAK MENYERAH, DIKELUARKANLAH SINAR MERAH MENYALA DAN DIARAHKAN KE BAPA DAN TELAK MENGENAI TUBUH BAPA. BAJUNYA ROBEK SANA-SINI TERKENA TEMBAKAN JITU ALLAH. TAPI BAPA MASIH SEGAR BUGAR, HANYA TUBUHNYA SAJA YANG AGAK GOSONG. BAPA LANGSUNG MENGELUARKAN PENTUNGAN BESAR BERLARILAH DIA KE ARAH ALLAH YANG MASIH TERBARING AKIBAT TENDANGANNYA. ALLAH YANG TIDAK MENGIRA BAPA SECEPAT ITU TAK BISA BERBUAT APA-APA. PENTUNGAN ITU BERTUBI-TUBI MENGHAJAR BAGIAN TUBUH ALLAH. BAPA SEMAKIN SEMNGAT MENGHAJAR ALLAH. TIBA-TIBA ADA SUAR...
Baca selengkapnya

Minahasa so perlu Bakera

Denni Pinontoan da tulis Sore sampe malam tanggal sambilang Februari 2012, kita da sama-sama deng tamang-tamang Mawale Cultural Center di satu tampa kost, di jln. Kalutay, Kakaskasen, Tomohon. Waktu itu torang bacirita, baku tukar pikiran soal rencana Sekolah Mawale kalima yang mo beking di Sonder, pa Fredy Wowor pe rumah. Depe topic sadiki ba goda, “Ibu Pertiwi Minahasa Saki Bantahang.” Torang mulai bacirita dari soal istilah itu. Kyapa musti pake istilah “ibu pertiwi”? Kyapa lei kata musti ada tu istilah “Saki Bantahang”? Rame depe bacirita. Tiap-tiap orang kase depe pikiran. Sadiki rame waktu bacirita istilah “ibu pertiwi.” Depe istilah itu dapa rasa nda pas lantara ada kase paar deng kata Melayu Manado “saki bantahang.” Maar Fredy Wowor bilang, biar jo kata bagitu, s’bab deng pake istilah itu dapa lia tu depe soal. “Kita lei ba pikir bagitu. Maar, pikir par pikir, ini no kote tu depe soal. Bahasa Indonesia, yang tantu katu deng cara ba pikir Indonesia kase baku manga...
Baca selengkapnya

BENNY J. MAMOTO DAN PERKEMBANGAN SENI BUDAYA SULAWESI UTARA

Karya : Fredy Sreudeman Wowor* Salah satu fenomena budaya yang mulai muncul pada kisaran tahun 2006 lalu adalah diadakannya beberapa simposium budaya yang menekankan pada penggalian seni-seni tradisi di Sulawesi Utara Seperti Maengket, Kabasaran,Kolintang,Tari Jajar, Mahamba, Tari kabela dan Musik bia. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan pengadaan festival-festival seni budaya yang diadakan di hampir seluruh wilayah Sulawesi Utara yang   melibatkan peserta yang sangat banyak dan dicatat dalam museum rekor. Selain itu juga diadakan penerbitan buku sejarah dan bahasa. Adapun organisasi yang menjadi fasilitator dari penyelenggaraan iven-iven budaya ini adalah Institut Seni Budaya Sulawesi Utara. Institut Seni Budaya   ini dipimpin oleh seorang putra kawanua bernama Benny J. Mamoto. Menjawab beberapa pertanyaan tentang keterlibatannya dalam kegiatan-kegiatan budaya ini, dia mengatakan dalam pidato refleksi akhir tahun 2007 di gedung Pingkan Matindas,   ” Pe...
Baca selengkapnya